Ulang tahun atau Milad (dalam bahasa arab) pertama kali dimulai di Eropa. Dimulai dengan ketakutan akan adanya roh jahat yang akan datang pada saat seseorang berulang tahun, untuk menjaganya dari hal-hal yang jahat, teman-teman dan keluarga diundang datang saat sesorang berulang tahun untuk memberikan do’a serta pengharapan yang baik bagi yang berulang tahun. Memberikan kado juga dipercaya dapat memberikan rasa gembira bagi orang yang berulang tahun sehingga dapat mengusir roh-roh jahat tersebut.
Tradisi meniup lilin juga selalu ada saat kue ulang tahun dihadirkan. Sebenarnya kenapa sih harus ada kue ulang tahun dan tiup lilin.
Ini Nih Ceritanya
Dimulai saat jaman Romawi kuno, saat kue dibuat dengan bentuk bulat dari bahan-bahan tepung, kacang, ragi, dan diberi pemanis dari madu. Kue ini disajikan saat momen-momen khusus, seperti ulang tahun misalnya. Di masa awal-awal Eropa, kata kue dan roti secara visual dapat ditukar-tukar, yang membedakan hanyalah kue lebih manis sementara roti tidak.
Pada abad 17, bentuk kue kurang lebih sama dengan bentuk yang ada sekarang lengkap dengan bagian-bagiannya seperti layer atau dekorasi. Tapi di masa itu kue ulang tahun tersedia hanya bagi orang kaya saja. Kue ulang tahun akhirnya menjadi merakyat karena adanya revolusi industri, saat bahan-bahan dan peralatan semakin mudah didapat.
Kapan Tradisi Tiup Lilin Ulang Tahun Dimulai?
Walaupun asal muasal dari ritual meniup lilin ulang tahun tidak diketahui, sejarah mencatat tradisi ini dimulai dari Kinderfest (Kinder di dalam bahasa Jerman berarti anak-anak), sebuah perayaan ulang tahun bagi anak-anak pada abad 18.
Disebutkan pula, tradisi saat itu menempatkan lilin-lilin yang melambangkan usia. Selain itu ada yang menambahkan beberapa lilin untuk mengindikasikan “umur di masa datang”. Di masa sekarang, lilin dimaksudkan untuk mengucapkan permohonan sebelum meniup lilin.
Orang Yunani yang mempersembahkan kue mereka ke dewi Artemis juga meletakan lilin-lilin di atasnya karena membuat kue tersebut terlihat terang menyala sepeti bulan (gibbons, 1986). Orang Jerman terkenal sebagai orang yang ahli membuat lilin dan juga mulai membuat lilin-lilin kecil untuk kue mereka. Beberapa orang mengatakan bahwa lilin diletakan dengan alasan keagamaan/religi. Beberapa orang jerman meletakan lilin besar di tengah-tengah kue mereka untuk menandakan “Terangnya Kehidupan” (Corwin,1986). Yang lainnya percaya bahwa asap dari lilin tersebut akan membawa pengharapan mereka ke surga.
Nah bagaimana pandanganku terhadap hal ini? memang tidak ada nash (lebih tepatnya belum pernah terbaca) yang jelas tentang hal ini dalam alqur’an dan hadist. yang pasti Rosulullah tidak pernah mencotohkan hal ini. Seharusnya kita sedih karena sebagian kebahagiaan dan umur kita di dunia itu berkurang. Kemudian jika merayakan dengan pesta-pesta yang mubadzir yang tidak ada maslahatnya mending gak usah deh..
“How about you brother..???”
*ini tulisan saya ambil dari beberapa sumber dari internet ….